OCD (Obsessive Compulsive Disorder) adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan munculnya pikiran, gambaran berulang terhadap sesuatu yang tidak diinginkan yang muncul secara tidak terkontrol (obsessi), yang menyebabkan kecemasan sehingga melakukan perilaku berulang atau tindakan mental tertentu untuk mengurangi kecemasan tersebut (kompulsi).
Obsesi dan Kompulsi
OCD, dalam bahasa Indonesia disebut gangguan obsesif kompulsif, terdiri dari dua gejala, yaitu obsesif dan kompulsif. OCD terjadi ketika seseorang terperangkap di dalam siklus obsesif dan kompulsif.
Gambar siklus
Obsesi adalah pikiran, gambaran yang tidak diinginkan, mengganggu, yang memicu perasaan cemas, tidak nyaman. Kompulsi adalah suatu perilaku yang dilakukan berulang yang memiliki dorongan kuat sebagai bentuk respon kecemasan akibat pikiran obsesif. Sering kali perilaku yang dilakukan tidaklah masuk akal.
Penderita OCD sering tidak mengetahui kalau obsesinya tidak masuk akal. Meskipun demikian, ia merasa ada dorongan kuat yang membuatnya melakukan tindakan tertentu untuk meredakan kecemasan.
Seperti apa rasanya mengalami OCD?
Berikut ini adalah gambaran bagaimana rasanya mengalami OCD yang dijelaskan oleh International OCD Foundation dalam artikelnya.
Bayangkan jika benakmu terjebak pada suatu pikiran, gambaran, atau anggan. Sebagai contoh, dalam kasus Homosexual OCD, pikiran tersebut adalah "Bagaimana jika aku ini seorang gay?"
Kemudian pikiran itu berulang di dalam benakmu. Lagi. Dan lagi. Kamu tidak menginginkan pikiran itu muncul. Tidak peduli apa yang telah kamu lakukan untuk menghilangkan pikiran tersebut, pikiran itu selalu muncul. Bersamaan dengan pikiran itu, datang pula kecemasan, ketidaknyamanan.
Kecemasan adalah cara otak memberitahukan adanya peringatan, bahaya, sesuatu yang tidak beres. Kecemasan adalah emosi yang memberitahumu untuk merespon, bereaksi, melindungi dirimu, hei lakukan sesuatu!
Namun, pada sisi lain, kamu juga menyadari jika kecemasan, ketakutan ini tidak beralasan, tidak masuk akal, tetapi terasa sangat nyata dan benar adanya.
Apakah otak kita berbohong kepada kita? Otak memberitahu kepada kita ada sesuatu yang tidak beres, namun kita tahu jika hal itu tidak beralasan.
Jika kamu adalah seseorang dengan OCD, otak kamu tidak sedang membohongimu. Sistem peringatan di otak kamu sedang berjalan dengan baik. Otak kamu memberitahumu bahwa kamu benar-benar ada dalam bahaya meskipun kamu tidak merasa demikian.
Ketika ilmuwan membandingkan gambar otak dari kelompok orang dengan OCD, terdapat area di otak yang berbeda dengan otak dari kelompok orang yang tidak mengalami OCD.
Seseorang yang "disiksa" dengan OCD berupaya mati-matian untuk menjauh dari kecemasan yang tidak berujung.
Bagaimana gejala OCD?
Menurut National Institute of Mental Health di dalam artikelnya mengenai OCD, seseorang yang menderita OCD bisa menunjukkan gejala obsesif saja, kompulsif saja, atau keduanya. Gejala-gejala ini dapat mengganggu semua aspek kehidupan, seperti pekerjaan, sekolah, dan hubungan pribadi.
Obsesi adalah pikiran, gambaran berulang yang menimbulkan kecemasan. Berikut ini adalah beberapa gejala umum obsesi dalam kasus OCD yang sering terjadi :
1. Rasa takut terhadap kuman atau kotoran
2. Pikiran yang terlarang / tabu mengenai seks atau agama, seperti apakah dirinya seorang homoseksual?
3. Ragu – ragu mengenai suatu pekerjaan telah dikerjakan dengan benar, seperti mengunci pintu atau mematikan kompor
4. Mengharuskan hal-hal simetris atau tertata sempurna
5. Pikiran agresif, tidak masuk akal terhadap diri sendiri, atau orang lain
1. Rasa takut terhadap kuman atau kotoran
2. Pikiran yang terlarang / tabu mengenai seks atau agama, seperti apakah dirinya seorang homoseksual?
3. Ragu – ragu mengenai suatu pekerjaan telah dikerjakan dengan benar, seperti mengunci pintu atau mematikan kompor
4. Mengharuskan hal-hal simetris atau tertata sempurna
5. Pikiran agresif, tidak masuk akal terhadap diri sendiri, atau orang lain
Kompulsi adalah perilaku berulang yang memiliki dorongan kuat sebagai respon pikiran obsesif. Gejala kompulsif yang paling umum terjadi adalah:
1. Membersihkan sesuatu / mencuci tangan secara berlebihan
2. Berkali-kali memeriksa pekerjaan seperti berulang kali memeriksa apakah pintu terkunci atau kompor sudah dimatikan
3. Menata sesuatu secara simetri atau tertata sempurna
4. Pada kasus Homosexual OCD, menghindari orang dengan jenis kelamin yang sama karena kecemasan bahwa mungkin saja dirinya seorang homoseksual
1. Membersihkan sesuatu / mencuci tangan secara berlebihan
2. Berkali-kali memeriksa pekerjaan seperti berulang kali memeriksa apakah pintu terkunci atau kompor sudah dimatikan
3. Menata sesuatu secara simetri atau tertata sempurna
4. Pada kasus Homosexual OCD, menghindari orang dengan jenis kelamin yang sama karena kecemasan bahwa mungkin saja dirinya seorang homoseksual
Tidak semua gejala di atas muncul pada suatu kasus OCD. Karena ada banyak jenis OCD. Tergantung pada obsesi apa yang muncul. Jenis OCD akan dijelaskan pada bagian khusus di artikel ini, namun seseorang dengan OCD pada umumnya mengalami :
1. Tidak dapat mengendalikan pikiran atau perilaku, bahkan ketika pikiran atau perilaku tersebut dianggap berlebihan
2. Menghabiskan setidaknya 1 jam sehari pada pikiran atau perilaku tersebut
3. Tidak merasakan kenikmatan saat melakukan perilaku kompulsif, namu hanya merasa kelegaan sebentar dari kecemasan pikiran obsesif
4. Mengalami masalah yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka karena pikiran atau perilaku ini. Seseorang dengan OCD biasanya menghindari situasi yang dapat memicu OCD. Hal ini bisa berarti dengan keluar dari kerja, keluar dari sekolah, tidak mau bertemu dengan teman-teman, keluarga, bahkan tidak pergi keluar rumah.
5. Mempengaruhi hubungan. Mungkin mereka merasa untuk harus menyembunyikan OCD mereka dari orang-orang terdekat. Atau mereka menjadi ragu ketika mereka harus melanjutkan suatu hubungan dengan seseorang karena OCD mereka.
6. Merasa malu atau kesepian. Pikiran obsesif yang "seolah-olah" permanen dan tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat menceritakannya kepada orang lain mengenai hal itu karena malu. Sehingga membuat terasa sangat sulit untuk bertemu dengan orang lain atau pergi keluar sehingga membuat merasa kesepian.
7. Kesehatan fisik bisa terganggu akibat dari kecemasan yang disebabkan oleh pikiran obsesif.
8. Bahkan beberapa kasus OCD dapat muncul pikiran untuk bunuh diri.
1. Tidak dapat mengendalikan pikiran atau perilaku, bahkan ketika pikiran atau perilaku tersebut dianggap berlebihan
2. Menghabiskan setidaknya 1 jam sehari pada pikiran atau perilaku tersebut
3. Tidak merasakan kenikmatan saat melakukan perilaku kompulsif, namu hanya merasa kelegaan sebentar dari kecemasan pikiran obsesif
4. Mengalami masalah yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka karena pikiran atau perilaku ini. Seseorang dengan OCD biasanya menghindari situasi yang dapat memicu OCD. Hal ini bisa berarti dengan keluar dari kerja, keluar dari sekolah, tidak mau bertemu dengan teman-teman, keluarga, bahkan tidak pergi keluar rumah.
5. Mempengaruhi hubungan. Mungkin mereka merasa untuk harus menyembunyikan OCD mereka dari orang-orang terdekat. Atau mereka menjadi ragu ketika mereka harus melanjutkan suatu hubungan dengan seseorang karena OCD mereka.
6. Merasa malu atau kesepian. Pikiran obsesif yang "seolah-olah" permanen dan tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat menceritakannya kepada orang lain mengenai hal itu karena malu. Sehingga membuat terasa sangat sulit untuk bertemu dengan orang lain atau pergi keluar sehingga membuat merasa kesepian.
7. Kesehatan fisik bisa terganggu akibat dari kecemasan yang disebabkan oleh pikiran obsesif.
8. Bahkan beberapa kasus OCD dapat muncul pikiran untuk bunuh diri.
Gejala bisa datang dan pergi, memudar dari waktu ke waktu, atau bisa saja lebih buruk. Seseorang dengan OCD sering kali mencoba membantu dirinya dengan menghindari situasi yang memicu pikiran obsesif mereka.
Setelah mengetahui beberapa gejala OCD, kadang ada seseorang yang merasa ingin sesuatu yang sempurna, tertata rapi, apakah itu termasuk dalam gejala OCD?
Ketika muncul gejala mirip OCD seperti itu perlu diperhatikan lebih jauh, apakah alasannya masuk akal? OCD tidak memiliki alasan yang masuk akal, jika pun ada kemungkinan besar adalah respon dari rasa cemas yang tidak masuk akal.
Lalu apa sebenarnya penyebab OCD?
Tidak diketahui secara jelas apa penyebab OCD. Beberapa faktor mungkin saja berperan menyebabkan munculnya OCD, diantaranya:
1. Faktor keluarga - kemungkinan untuk mengalami OCD lebih besar jika ada anggota keluarga yang terkena OCD.
2. Perbedaan pada otak - beberapa orang dengan OCD memiliki area di otak dengan aktivitas yang sangat tinggi atau rendahnya serotonin
3. Peristiwa dalam hidup - OCD biasa terjadi pada seseorang yang mengalami bullying, pelecehan atau pengabaian dan kadang-kadang dimulai setelah peristiwa hidup yang penting, seperti kehilangan seseorang
4. Kepribadian - seseorang dengan standar pribadi yang tinggi, lebih cenderung untuk mengembangkan OCD
Pada kasus tertentu, seperti Homosexual OCD (ketakutan jika menjadi seorang gay/lesbian) pornografi bisa menjadi pemicu utama. Selengkapnya baca di Testimoni pecandu pornografi dan masturbasi.
1. Faktor keluarga - kemungkinan untuk mengalami OCD lebih besar jika ada anggota keluarga yang terkena OCD.
2. Perbedaan pada otak - beberapa orang dengan OCD memiliki area di otak dengan aktivitas yang sangat tinggi atau rendahnya serotonin
3. Peristiwa dalam hidup - OCD biasa terjadi pada seseorang yang mengalami bullying, pelecehan atau pengabaian dan kadang-kadang dimulai setelah peristiwa hidup yang penting, seperti kehilangan seseorang
4. Kepribadian - seseorang dengan standar pribadi yang tinggi, lebih cenderung untuk mengembangkan OCD
Pada kasus tertentu, seperti Homosexual OCD (ketakutan jika menjadi seorang gay/lesbian) pornografi bisa menjadi pemicu utama. Selengkapnya baca di Testimoni pecandu pornografi dan masturbasi.
Apa saja tipe-tipe OCD?
Berikut ini adalah tipe-tipe OCD. ocduk.org dalam artikelnya menjelaskan secara rinci tipe-tipe OCD.
Salah satu tipe OCD adalah Sexual Intrusive Thoughts. Pikiran obsesif pada tipe ini dapat mencakup:
1. Khawatir menjadi pedofil dan tertarik secara seksual kepada anak-anak.
2. Khawatir karena tertarik secara seksual kepada anggota keluarga sendiri (incest/hubungan sedarah).
3. Khawatir karena tertarik kepada sesama jenis (homoseksual OCD).
1. Khawatir menjadi pedofil dan tertarik secara seksual kepada anak-anak.
2. Khawatir karena tertarik secara seksual kepada anggota keluarga sendiri (incest/hubungan sedarah).
3. Khawatir karena tertarik kepada sesama jenis (homoseksual OCD).
Mengenai tipe-tipe OCD selengkapnya silakan baca di sini.
Bagaimana cara penanganan OCD?
Seseorang dengan OCD sering kali merasa sendirian dan kesepian. Sekaligus merasa bahwa kecemasan dan apa yang ditakutkannya akan berlangsung sepanjang hidupnya. Kabar baiknya adalah ada cara untuk mengatasi masalah OCD.
Pengetahun mengenai OCD adalah kunci utama untuk mengatasi OCD sekaligus cara tercepat untuk mendapatkan kehidupan kembali normal.
Penanganan OCD biasanya menggunakan pengobatan dan perubahan gaya hidup yaitu terapi perilaku (behavior theraphy).
Terapi perilaku (behavior therapy)
Terapi perilaku, disebut juga dengan cognitive behavioral psycotherapy (CBT) merupakan langkah pertama untuk menangani OCD. CBT menggunakan exposure dan response prevention.
Pada CBT, pasien dihadapkan (exposure) kepada hal yang mereka takuti. Cara ini membantu pasien mengurangi kecemasan, karena biasanya seringnya interaksi dengan hal yang ditakuti akan menurunkan tingkat ketakutan.
Bagian lain dari CBT adalah response prevention. Response prevention merupakan terapi yang mencoba menghilangkan respon normal seseorang terhadap ketakutan. Sebagai contoh, seseorang yang takut akan kuman dapat menghabiskan waktu bersama objek yang diketahui memiliki banyak kuman (exposure) dan kemudian tidak mengizinkan dirinya untuk berulang kali mencuci tangan mereka setelah berinteraksi dengan objek tersebut (response prevention).
Terapi dengan cara pengobatan
Pengobatan hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis. Tenaga medis biasanya meresepkan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), untuk pasien OCD. Hal ini meningkatkan jumlah serotonin di dalam tubuh. Nama-nama merek dari SSRI termasuk diantaranya Zoloft, Prozac, Paxil, Luvox, dan Anafranil.
Namun pada praktiknya, tidak semua penanganan OCD dengan pengobatan memberikan hasil positif, seperti yang terjadi pada kasus HOCD. Silakan baca di XXX
Yang menarik, Fred Penzel, Ph. D. yang sejak 1982 menangani banyak kasus OCD, dan telah menangani 850 kasus memberikan beberapa fakta penting mengenai penanganan OCD pada artikelnya sebagai berikut:
1. OCD adalah penyakit kronis, seperti asma atau diabetes yang tidak dapat hilang namun dapat diminimalisir efeknya. Ketika terkena OCD, kamu tidak dapat 100% menghilangkan OCD, namun kamu bisa hidup normal seperti kamu tidak pernah terkena OCD.
2. Dua masalah utama dari OCD adalah keraguan dan rasa bersalah. Pada abad ke 19, OCD dikenal sebagai "penyakit keraguan" (doubting disease).
3. Meskipun pasien OCD bisa melawan untuk tidak melakukan perilaku kompulsif, tapi tidak melawan dari pikiran obsesif.
4. Cognitive/Behavioral Therapy (CBT) merupakan cara terbaik untuk mengangani OCD.
5. Meskipun obat bisa membantu, namun tidak bisa hanya menangani OCD dengan bantuan obat.
6. Pasien OCD seharusnya tidak bergantung kepada bantuan orang lain untuk menangani kecemasan.
7. Tujuan penanganan OCD yang baik adalah mengedukasi pasien untuk menjadi terapist bagi dirinya sendiri.
8. Pasien OCD tidak dapat mengandalkan intuisinya sendiri untuk memutuskan bagaimana menangani OCD. Segera hubungi tenaga profesional untuk menangani masalah OCD.
9. Penyembuhan memerlukan waktu dan kambuh adalah hal yang harus diwaspadai.
1. OCD adalah penyakit kronis, seperti asma atau diabetes yang tidak dapat hilang namun dapat diminimalisir efeknya. Ketika terkena OCD, kamu tidak dapat 100% menghilangkan OCD, namun kamu bisa hidup normal seperti kamu tidak pernah terkena OCD.
2. Dua masalah utama dari OCD adalah keraguan dan rasa bersalah. Pada abad ke 19, OCD dikenal sebagai "penyakit keraguan" (doubting disease).
3. Meskipun pasien OCD bisa melawan untuk tidak melakukan perilaku kompulsif, tapi tidak melawan dari pikiran obsesif.
4. Cognitive/Behavioral Therapy (CBT) merupakan cara terbaik untuk mengangani OCD.
5. Meskipun obat bisa membantu, namun tidak bisa hanya menangani OCD dengan bantuan obat.
6. Pasien OCD seharusnya tidak bergantung kepada bantuan orang lain untuk menangani kecemasan.
7. Tujuan penanganan OCD yang baik adalah mengedukasi pasien untuk menjadi terapist bagi dirinya sendiri.
8. Pasien OCD tidak dapat mengandalkan intuisinya sendiri untuk memutuskan bagaimana menangani OCD. Segera hubungi tenaga profesional untuk menangani masalah OCD.
9. Penyembuhan memerlukan waktu dan kambuh adalah hal yang harus diwaspadai.
Bagi yang tidak pernah mengalami OCD sering kali tidak mengetahui betapa menyakitkannya OCD bagi seseorang. Perlu dukungan keluarga, dan lingkungan sekitar. Tetap semangat, semoga lekas sembuh.
1 Komentar
Saya Arief, pendiri Komunitas Bebas OCD Indonesia. Komunitas kami memiliki forum komunikasi di Whatsapp. Bagi teman-teman yang memiliki masalah OCD dan ingin dimasukkan ke forum tsb, silakan kirim pesan Whatsapp ke saya di 0812 8888 2464. No phone call please. Terima kasih.
Balas